Minggu, 14 Februari 2016

Stuck in the Witch's World chapter 3









Title                 : Stuck in the Witch’s World

Main Cast        : Park Chorong, Nam Woohyun

Support Cast    : Yoon Bomi, Jang Hyerim, Xiao Luhan, Kim Sunggyu, Infinite members and others

Genre              : Fantasy, Romance, Comedy, Sad

Rating             : PG-15           






Chapter  3




~ Cerita ini hanyalah karangan fiksi semata . Mian jika banyak typo bertebaran. Please don’t plagiarism. Happy Reading dan Khamsahamnida ^_^ ~






Tangan Bomi terulur membelai anak rambut Chorong. Sesaat kemudian ia teringat akan sesuatu. Suatu hal yang membuat dadanya menjadi sesak dikala mengingatnya. Ia merasa bersalah pada  gadis itu. Selama ini ia tak mampu mengungkapkan apa yang disembunyikannya.



“Chorong-ah,, Mianhae…..Maafkan aku….”







:: Author POV ::


 

Sunggyu melangkahkan kakinya menuju dapur. Ia hendak mengambil air minum. Sesampainya disana ia membuka kulkas dan menuangkan air dingin dari teko. Disaat sedang meneguk minumannya, ia menolehkan wajah kearah jendela dapur yang terhubung dengan taman samping rumahnya yang-kebetulan sekali jendelanya tak tertutup. Ekor mata Sunggyu menangkap sesosok gadis dengan balutan dress putih yang tengah duduk membelakanginya.



“Uhuk..uhukk..uhuk..uhukk” Sunggyu tersedak, begitu terkejut dengan apa yang dilihatnya. Secepat mungkin ia menutup jendela dapur dengan kain gorden. “Huh,,huh,,huh,,huh” nafasnya sedikit memburu. Tangannya ia kepalkan kuat-kuat.

 

“Apa ada hantu dirumah ini eo!?” gumamnya sambil bergidik ngeri.

Ia mencoba melihat kembali sosok gadis itu, dibukanya sedikit kain gorden yang sudah ia tutup tadi. Diperhatikannya lagi gadis ber-dress putih itu.  “Mwo!? Chankaman….Itu…Bukankah itu Bomi!?” selidiknya, kedua matanya ia buka lebar-lebar.

“Tapi, sedang apa dia diluar sana??”.



Sunggyu segera beranjak ke kamarnya. Ia mengambil jaket miliknya yang dirasa tak terlalu tebal. Kini ia berjalan kearah samping rumahnya, menuju taman tempat Bomi yang sedang duduk seorang diri. 


Bomi, gadis itu termangu menatap langit malam yang bertabur dengan bintang-bintang. Matanya berkaca-kaca, samar-samar ia berkata “Aku tak pantas menjadi sahabatmu lagi Chorong-ah”. Saat ini ia hanya ingin menenangkan hatinya dari rasa bersalah yang terus melandanya.



Langkah kaki Sunggyu semakin mendekat kearahnya,akan tetapi Ia tak menyadari kehadiran Kakak sahabatnya itu.

“Bomi-ya, sedang apa kau malam-malam disini?? Pakailah jaketnya….” Ujar Sunggyu seraya menyodorkan jaket miliknya.


“Oh….Oppa” Bomi sedikit terkejut dengan kehadiran Sunggyu yang terbilang cukup tiba-tiba.


Sunggyu tau jika Bomi kaget akan kedatangannya “Maaf karena mengagetkanmu” timpal nya. Ia mendudukkan tubuhnya disamping Bomi, menyampirkan jaket yang dibawanya ke tubuh gadis itu.


“Gomawo Oppa….” Ucapnya.


“Hmm”. “Sedang apa kau disini??” Sunggyu mengulang pertanyaannya.


“Tidak ada Oppa….Aku hanya ingin mencari udara malam….” Terangnya yang tentu saja bohong. 


 “Apa kau belum mengantuk??” ujar Sunggyu , ia melirik kearah Bomi.


“Belum Oppa….” Balas Bomi singkat. Kini tatapan mata keduanya bertemu. Sunggyu sedikit kikuk, buru-buru ia mengalihkan pandangannya.


“Ehm,, Bintangnya indah sekali….” Gumamnya pelan.


“Apa besok kau jadi pergi Bomi-ya??”


“Huh,, Sepertinya tak jadi Oppa….”


“Waeyo??


“Aku hanya ingin pergi bersama Chorong, bukan dengan yang lain,, hhehe….”


“Arrayo….Kalian berdua kan lengket sekali….”


“Hhehe….”. 


‘Uahh’ Bomi menutup mulutnya, ia menguap singkat.

“Sudah mengantuk??”


“Sepertinya Oppa….Tapi aku masih ingin disini….” timpalnya

“Hmm,,Oppa….Chorong sering memberitahuku jika Oppa pandai sekali bernyanyi….”.


“Huh!? Anieyo….tidak juga….Oppa bernyanyi hanya disaat ia susah tidur saja” kata Sunggyu, sedikit gugup.


“Kalau begitu bisakah Oppa bernyanyi untukku??....


“Nde!?” Sunggyu membelalakan matanya.


“Bisakan??” pintanya lagi.


“Ohh,,Nde….Akan Oppa coba. Ehm..ehm..




Sunggyu berdehem sebentar. Tak lama setelah itu, bibirnya mulai melantunkan sebuah lagu. Suara indahnya menggema ke dalam indera pendengaran Bomi. Bomi tersenyum menikmati nyanyian Sunggyu.




neowah na chinguraneun mari eosae-khae yeoniniran

mari eou-llyeo o~ nan cheo-eumeuro nae mam kobaekhal-ke
nan jeo haneulye byeoldo ttajul-ke ni-ga


wonhandamyeon mwodeunji o~ nan haejul suga isseo

Oh I love you love you love you, You love me love me love me
ara nal hyang-han neoye ma-eumeul~(neoye ma-eumeul)
Oh I love you love you love you, Are you love me love me baby
nado neoreul sarang-hanikka

nan pabo nan neoman boneun pabo neol sarang-hae

nuga mwora-go nollindaedo neoman boneun
pabo-ga twehl-kepabo nan neoman boneun pabo

nae soneul jabajwo nareuranajwo neoman sarang-haneun pabo~
nan neoman saenggakhada jamdeu-reo kkumso-geseo

neoman kkumkkuda~ o nan achimeul kka-eundae~

Oh I love you love you love you, You love me love me love me
ara nal hyang-han neoye ma-eumeul~(neoye ma-eumeul)
Oh I love you love you love you, Are you love me love me baby

 
Juniel Ft. Yonghwa – Fool (Pabo )





Kedua mata Bomi mulai terasa berat. Rasa kantuknya sudah tak tertahankan lagi. Suara indah Sunggyu membuatnya ingin terlelap. Beberapa kali kepalanya terlihat bergoyang tak seimbang, hingga pada akhirnya kepala gadis itu jatuh bersandar dibahu Sunggyu. Pada mulanya Sunggyu sedikit terkejut. Detak jantungnya berpacu dengan cepat. 

“Ahh,,mengapa ritme jantungku selalu seperti ini....” batinnya mengeluh. Ya. Entah mengapa jika ia berada didekat Bomi, kerja organ jantungnya selalu tak normal. Tak wajar. Hal itulah yang kerap kali mengganggu pikirannya.

Beberapa saat kemudian ia sudah bisa mengendalikan situasi. Ia memperbaiki letak jaket Bomi yang sedikit terturun. 



Udara malam hari terasa semakin dingin. Waktu sudah menunjukkan pukul 00.30. Sunggyu yang masih tetap diposisinya saat ini mulai mengantuk. Sudah beberapa kali ia mengucek pelan mata sipitnya. Ia menoleh kearah Bomi yang tengah tertidur pulas. Ia jadi tak tega jika membangunkannya. Akhirnya dengan inisiatifnya sendiri, ia berjongkok didepan Bomi. Menyampirkan lengan gadis itu di pundaknya dan mulai menggendongnya dengan perlahan.



Sunggyu berjalan dengan sangat berhati-hati. Digendongannya, Bomi menggumam-gumam pelan “Maafkan aku….”. Sunggyu mengernyit, sedikit heran dengan apa yang diucapkan gadis itu. “Maafkan aku....” ulang Bomi lagi.

Sunggyu terus melangkahkan kakinya, menaiki tangga dengan sedikit susah-payah. Ia hampir sampai di kamar Chorong. Dibukanya pintu itu ‘Ceklek’.


Adiknya-Chorong- masih terlelap dengan boneka beruang dipelukannya. Sunggyu mendekat kearah ranjang dan menurunkan Bomi disamping Chorong. Tangannya menggapai selimut bercorak pohon dan mulai menyelimuti kedua gadis itu. Sesaat kemudian ia berlalu meninggalkan kamar Chorong. Masuk kedalam kamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.




Keesokan paginya semua anggota keluarga Park sudah berkumpul mengelilingi meja makan, tak terkecuali Bomi. Mereka sedang menikmati menu sarapan buatan Nyonya Park.

“Besok kalian berdua sudah mulai menjelajahkan??” tanya tuan Park.






:: Chorong POV ::




“Besok kalian berdua sudah mulai menjelajahkan??”


“Nde Appa...”. Ujarku


“Kalian berdua harus berhati-hati nde….” Pesan Eommaku.


“Nde Eomma...Itu pasti...”. 


“Nde Ahjumma, kami akan berhati-hati....” timpal Bomi.


“Ckck….Bomi-ya….Kau itu sudah aku anggap seperti putriku sendiri. Jangan panggil aku Ahjumma lagi. Mulai sekarang belajarlah memanggilku Eomma..Aracchi!?”


“Huh?? Ohh,, Nde Ah….mian,,maksudku Eom-ma” balas Bomi dengan gugup.

Aku yang duduk disamping Bomi hanya tersenyum simpul. Akan tetapi dilain pihak aku juga ingin tertawa disaat melihatnya seperti itu.




Jam 8 pagi aku sudah selesai bersiap-siap. Pukul 8.30 nanti aku akan berkencan dengan pria China-ku, Xiao Luhan. Aku berdiri didepan cermin dan mematut-matutkan wajahku disana. Tersenyum dengan wajah yang memerah. Itulah yang saat ini tergambar di raut wajahku. Dibelakangku, Bomi tersenyum geli melihat tingkahku. 

“Hya Chorong-ah, apa kau sedang demam!?” candanya.


“Hhaha…Sepertinya begitu Mi-ya...


Tiba-tiba ponselku berdering, aku langsung mengangkat panggilan itu.

“Yeobseo Lu….Ye. Aku sudah selesai bersiap-siap. Mwo?? Kau sudah dihalaman rumah??” Aku sontak saja kaget, aku lantas berjalan kearah jendela kamar. Aku melongokkan kepalaku, dan….benar saja,,Luhan sudah bersandar di samping mobilnya. Ia melihat kearahku, melambai-lambaikan tangannya dan tersenyum. “Nde. Aku akan segera turun sekarang….” Ucapku singkat, langsung memutuskan sambungan telefon.



“Bomi-ya….Aku pergi dulu nde. Luhan sudah menungguku diluar….” Ucapku terburu-buru.


“Nde…Cepatlah….Sebentar lagi juga aku akan pulang…Kau,, bersenang-senanglah...”


“Oh,,Nde Mi-ya….Aku berangkat dulu nde. Annyeong…..”

Setelah berpamitan, aku segera berlari keluar, menuju Luhan yang sudah menantiku.


“Lu…..”sapaku riang.


“Hai….Kenapa kau berlari seperti itu eo??”


“Hhehe….” Aku hanya bisa tertawa nyengir.


“Kkaja….”


“Hmm”





Aku dan Luhan berlalu dari halaman rumahku. Aku tak tau kemana dia akan mengajakku kali ini.

Disepanjang perjalanan kami selalu bercanda, bercerita tentang berbagai hal dan lain sebagainya. Karena penasaran, akhirnya aku bertanya pada Luhan “Lu,,kita akan kemana??”


“Ckck….Kau ini selalu saja ingin tau....hhehe”


“Aish,,menyebalkan….” Aku bersungut-sungut, Luhan hanya tersenyum melihatku.


“Sebentar lagi kita akan sampai….Kau tak perlu penasaran lagi chagi-ya....






::Author POV ::





“Sebentar lagi kita akan sampai….Kau tak perlu penasaran lagi chagi-ya.... ujar Luhan.

Tak lama setelah itu mobil yang dikendarai Luhan memasuki area wisata yang sangat terkenal di Korea Selatan, Lotte World, yang merupakan salah satu tempat favorite Chorong.







“Kyaaa,,Lu….Aku senang sekali….” Ujar Chorong saat mereka membayar tiket masuk.


“Nde…Arrayo...Sudah terlihat dari binar wajahmu chagi….hhehe


“Cepatlah Lu….Aku sudah tak sabar menaiki wahana didalam…..” Chorong merajuk layaknya anak kecil.


“Iyaa,,tunggu sebentar….”


Mereka sudah selesai mengantri tiket, kini saatnya mereka menjajal berbagai jenis wahana yang tersedia.

Selama berjalan, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berdua. Terlebih lagi Luhan. Banyak yeoja usia remaja yang tersenyum-senyum centil kearahnya. Chorong yang melihat kelakuan para yeoja itu mengeluarkan tatapan tak sukanya. “Uhh,,Dasar yeoja genit. Apa mereka tak tau eo jika Luhan itu pacarku….” Gumamnya pelan.



Luhan tertawa simpul.  Ia merangkul pundak Chorong “Kau cemburu??”.

“Hmm,,Tidak juga….” Timpal Chorong, bibirnya ia kerucutkan kedepan.

Tak lama setelah berjalan keliling, akhirnya mereka berdua larut dalam wahana-wahana permainan yang tersedia di dalam gedung, sebut saja Adventure of Sinbad, Pharaoh’s Fury, Camelout Carrousel. Setelah keduanya puas akan wahana adventure tadi, mereka langsung beralih ke wahana yang ada diluar gedung, Gyro Drop, Gyro Swing, Bungee Drop dan masih banyak lagi.
 

“Lu…..kita naik French Revolution yukk….” Ajak Chorong.


“Ahh,,Aku tak terlalu berani chagi-ya”


“Uhh,,ayolah Lu…..please….” Chorong memasang wajah aegyo-nya.


“Hmm,, Nde….Baiklah, Demi kamu....


“Yess,, Gomawo Lu” Chorong langsung memeluk Luhan, Ia sangat senang sekali jika memainkan wahana semacam roller coaster itu. Wahana kesukaannya.


Chorong dan Luhan lantas menaiki French Revolution. Mereka berteriak bersama-sama dengan pengunjung lainnya. Akan tetapi ekspresi yang diperlihatkan sepasang kekasih itu amatlah berbeda. Chorong dengan rautnya yang sangat ceria, sementara Luhan, gurat ketakutan telah menghiasi wajah pria itu.



Setelah selesai dengan wahana yang memacu adrenalin tadi, kini saatnya keduanya bersantai diudara. Ya. Tujuan mereka sekarang adalah Baloon Sky Ride. Dari baloon ini mereka bisa menyaksikan luasnya hamparan Lotte World. Menyenangkan bukan.




Tak terasa jam makan siang sudah tiba. Chorong dan Luhan beranjak ke sebuah restoran yang ada disana. Memesan beberapa hidangan. Keduanya tampak menikmati sajian dihadapan mereka, memakannya dengan lahap. Hampir satu jam sudah mereka duduk direstoran itu.



Mengingat jika besok Chorong sudah sibuk dengan kegiatan penjelajahannya, maka, tepat pukul 4 sore mereka pulang. Luhan tak ingin jika kekasihnya itu kelelahan disaat menjelajah esok paginya.


“Lu….Kau tidak ingin mampir dulu?? Tawar Chorong saat mereka sudah sampai dihalaman rumah. 


“Hmm,,Tidak usah chagi-ya….Aku langsung pulang saja….” Timpal Luhan, tangannya membelai lembut rambut Chorong.




Sunggyu mendengar deru mobil yang datang. Ia melongokkan kepalanya keluar jendela kamar. Dilihatnya dua orang yang dikenalnya sedang bersandar disamping mobil. “Ckck….Baru pulang mereka….” Sunggyu tersenyum geli.



“Nde….Kau pulanglah dulu. Aku akan menungguimu disini....


“Hmm,,Nde….Aku akan pulang….” Luhan memeluk Chorong sekilas, kemudian melepasnya. Luhan mendekatkan wajah tampannya, ia hendak mencium Chorong. Chorong hanya membeku ditempatnya. Kini wajah keduanya sudah sangat dekat, tinggal beberapa inchi lagi. Sunggyu yang masih memperhatikan kedua orang itu menjengit kaget. “Mwo?? Kisseu!?...”



Sedetik kemudian Sunggyu berteriak, menginterupsi keduanya “Hyaaaaaaaaa….”.

Lengkingan panjang Sunggyu membuat mereka terkejut. Buru-buru Luhan menjauhkan wajahnya. Mereka berdua salah tingkah, malu. Tangan Luhan menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal. Sedangkan Chorong, gadis itu hanya bisa menundukkan kepalanya. ‘Ya Tuhan....’ batin gadis itu.



“Hyaa,, Luhan-ah…. Sepertinya hari sudah sore,, Apa kau mau mampir sebentar eo??” teriak Sunggyu menawarinya, yang jelas-jelas hanya bermaksud menggoda pria tampan itu.


“Ahh,,Tak usah Hyung, Aku pulang saja….Annyeong….” ujarnya, membalas teriakan Sunggyu. “Chagi-ya,,Aku pulang dulu nde. Besok aku akan mengantarmu ke universitas….”.


“Nde Lu,,Annyeong....


Luhan beranjak dari tempatnya, masuk kedalam mobil. Seketika saja mobil Luhan berlalu dari hadapan Chorong.

“Chorong-ah…. Apa yang kau lakukan disitu eo….hhaha” Sunggyu kembali tertawa. Ia sangat senang jika menggoda adiknya.


Chorong memanyunkan bibirnya. Ia menghentak-hentakkan kedua kakinya, merasa kesal dengan ulah kakaknya.

“Oppa menyebalkaaaannnn....” teriaknya.


-

-


Woohyun, laki-laki itu sedang berada di kamarnya, ia sibuk membaca buku-buku lama yang Ayahnya berikan kemarin. Hal itulah yang sering ia lakukan jika berada di kerjaan. Menulis, membaca dan memahami apa yang dituliskan di koleksi bukunya.

Tok…tok..tok..tok....’


“Masuk….”

‘Ceklek’ pintu kamar terbuka. Beberapa pengawal terlihat berjejer, membentuk barisan. Raja Nam Jae Hoo masuk, menemui putranya.

“Woohyun-ah….”.


“Nde Abeoji….” Woohyun menunduk hormat.


“Apa kau tidak bosan terus-terusan dikamar?? Sesekali kau keluarlah, berjalan-jalan di sekitar kerajaan.....


“Nde Abeoji....


“Kau adalah penerus kerajaan ini Nak, dan seharusnya kau harus lebih dekat dan mengenal rakyatmu….Arra??”


“Nde Abeoji….Maaf sudah mengecewakanmu….”


“Gwenchana Anakku….Abeoji tau perasaanmu. Abeoji hanya ingin kau terlepas dari rasa tertekan yang terus membelenggumu itu nak….” ujar Raja Jae Hoo, menepuk pundak Woohyun. 



Raja Jae Hoo berlalu meninggalkan kamar anaknya. Ia paham betul bagaimana perasaan Woohyun. Ingatannya mulai menerawang ke masa lalu. Masa dimana istrinya yang berjuang amat keras untuk melahirkan putra mereka.




_FlashBack_


“Aakkhhh…..Aakkhh…..” Ratu Ahn Seo Ji berteriak keras.

Disampingnya, Raja Jae Hoo menggenggam erat tangan istrinya itu. “Yeobo….Bertahanlah….”


“Aakkhh….Ak..Aku….Akkhh” suara Ratu terbata-bata, peluh sudah membanjiri tubuhnya.


“Bertahanlah….Aku mohon….” Raja hampir terisak, ia tak tega melihat istrinya yang terlihat begitu kesakitan.

Para tabib sedang berusaha membantu proses persalinan Ratu.


“Ak….Aku…tak bisa….”


“Kau kuat dan kau pasti bisa….


“Ratu....Tarik nafas dalam-dalam, lalu dorong dengan kuat……Lagi Ratu, Satu kali dorongan lagi. Bayinya sudah mulai terlihat….” Tabib memberi instruksinya.


Ratu mengikuti apa yang tabib perintahkan. Dengan satu dorongan kuat ratu menjerit, ia mengejan. “Akkkhhhhh…...”.


“Ooeee….ooeeee” suara tangisan bayi mungil yang dinanti sejak tadi itu pun menggema, memenuhi ruangan. Para tabib yang ikut membantu proses persalinan sudah bisa bernafas lega, terlebih lagi Raja dan Ratu. Mereka berdua tersenyum hangat menyambut kelahiran sang buah hati. 


“Anakku…..” ujar Ratu lirih. Tabib meletakkan bayi kecil itu digendongan Ratu.


“Iya yeobo…..Ini anak kita….Terimakasih....” Balas Raja, mengecup pelan kening istrinya.

Mereka berdua memberi belaian-belaian  lembut di wajah bayinya. Akan tetapi, tak dinyana,  wajah sang Ratu semakin lama semakin pucat, badannya pun mulai terasa dingin. Raja Jae Hoo mulai khawatir.“Seo Ji-ya….Gwenchana??Seo Ji-ya….” Panggilnya.


“Tabib….Ada apa dengan istriku!? Apa yang terjadi padanya?? Ya Tuhan..tolonglah..” Raja mulai panik, air matanya sudah tak terbendung lagi. Salah satu tabib mengambil alih untuk menggendong bayi mungil mereka.

“Seo Ji-ya…..Yeobo….” panggilnya lagi. 


Tabib lainnya berusaha menyelamatkan Ratu. “Yang mulia Raja,, Ratu mengalami pendarahan yang serius....”.


“Lakukanlah sesuatu!!” perintahnya.


“Gwen..gwen-chana…..Aku….tak apa.Yeobo….Jagalah….putra-kita,be..besarkan dia de-dengan kasih sayangmu….Ber-janjilah….” Tutur Ratu terbata-bata, nafasnya terasa berat.


“Kita akan membesarkannya bersama-sama Ji-ya….Tolong bertahanlah….Aku mohon Ji-ya….”.


“Mian….Mian-hae….Ak-aku tak bisa….” Tiba-tiba saja pegangan tangan Ratu terlepas, ia sudah tak sadarkan diri.


Ji-ya....Ji-ya......Andwaaeee......” Raja berteriak keras, tangannya menepuk-nepuk wajah istrinya.



Sang bayi ikut menangis kencang, seperti mengetahui apa yang telah terjadi pada Ibunya.

Raja Jahe Hoo beralih menggendong putra kecilnya. Dipeluknya dengan sayang, berharap agar putranya tak menangis lagi. “Tenanglah Nak.....Tenanglah....Uljima Anakku….Nam Woohyun”.



_FlashBack End_





Sepeninggal Ayahnya, Woohyun kembali larut dalam kegiatan awalnya. Jari-jari tangannya sibuk membolak-balikkan buku. Tak dinyana, sebuah lembar kertas lusuh terjatuh dari salah satu halaman buku yang dipegangnya. “Ige Mwoya!?” tanyanya, ia mengambil kertas yang terjatuh tadi. “Surat!?” gumamnya pelan. Tak ingin buang waktu, Woohyun langsung membaca isi surat itu. 


“Anakku….. Ibu menuliskan surat ini untukmu, Nak. Ibu juga tak mengerti apa yang akan terjadi nantinya, sehingga Ibu menuliskan kata-kata seperti ini. Akan tetapi, Ibu sangat menantikan kelahiranmu. Hari dimana kau akan melihat indahnya dunia ini untuk pertama kalinya, Nak. Ibu sungguh menantikan hari itu. Ibu akan berusaha sekuat tenaga untukmu, Jadi, semua orang tak perlu khawatir terhadap Ibu”.


Woohyun berhenti membaca surat itu. Kedua matanya mulai berkaca-kaca, tangannya pun sudah bergetar. Sesaat kemudian ia kembali membacanya.


“Anakku….Ibu harap kau akan menjadi seorang pemimpin kelak. Pemimpin yang bijaksana, seperti halnya Ayahmu. Pemimpin yang secara suka rela mau membantu rakyatnya, serta tak sombong akan kekuasaanya. Ibu juga berharap kau akan hidup dengan layak dan bahagia, tetaplah tersenyum, Nak. Dengarkan juga apa yang dikatakan oleh Ayahmu, dia amat-sangat sayang padamu, seperti Ibu, maka dari itu, Jangan pernah acuhkan dia, Aracchi!?. Semoga apa yang Ibu sampaikan ini bisa kau pahami Anakku. Salam sayang, Ibu”.




Woohyun tak kuasa menahan laju air matanya. Ia terisak, kini tubuhnya ikut bergetar. “Eomma….” Lirihnya. “Mianhae….Jeongmal mianhae Eomma…” Ucap Woohyun disela-sela tangisannya.




Sejak kecil Woohyun selalu menganggap jika dirinyalah yang menyebabkan sang Ibu meninggal. Hatinya selalu tertekan dengan hal itu. Walaupun Raja Jae Hoo sudah berulang kali memberitahu bahwa itu bukan kesalahannya, akan tetapi tetap saja Woohyun menyalahkan dirinya. 


Kini Woohyun sadar apa yang dilakukannya selama ini begitu jauh dari apa yang Ibunya harapkan. Mulai detik ini ia bertekad untuk merubah sifat acuhnya. Merubah semua sifat yang dianggapnya buruk. Ia ingin membuat harapan Ibunya menjadi nyata. Dia akan menjadi orang yang lebih baik mulai saat ini. Ya. Itu tekadnya. “Eomma…. Aku menyayangimu ….Aku..Aku tak-akan mengecewakanmu-lagi….” ujarnya bersungguh-sungguh. Ia masih terisak. Ia merasa jika air matanya sulit sekali untuk dibendung.






:: Chorong POV ::





Aku bangun sangat pagi hari ini. Pukul 5 aku sudah mulai bersiap-siap. Membawa beberapa makanan untuk persediaan di hutan nantinya. Jam 6.30 nanti Luhan dan Gyu oppa akan mengantarkanku ke universitas.

Tok..tok..tok..tok..’. “Chorong-ah….:”


“Nde Oppa,, masuk saja….”

‘Ceklek’ 


“Waeyo Oppa??”


“Nanti Luhan ikut mengantar kan??”


“Nde Oppa”


“Kita berangkatnya pakai mobil siapa??”


“Hmm,,mobil Oppa saja….”


“Hmm…Baiklah….”. Gyu Oppa melangkah keluar dari kamarku. Tapi sedetik kemudian ia kembali menemuiku.


“Oh iya Chorong-ah,,Bagaimana dengan Bomi??”


Hmm...Dia langsung berangkat dari rumahnya Oppa,,Wae??”


“Anieyo,,Oppa hanya tanya saja….”. “Kau cepatlah sarapan….”


“Sipp Oppa,,Tunggulah sebentar lagi….”


“Hemm….”




Gyu Oppa segera beranjak meninggalkan kamarku. Aku hanya tinggal sarapan saja sebelum berangkat. Bus yang akan mengantarkan kami ke hutan Majikku akan berangkat pukul 7 pagi. Sebagai salah satu petinggi organisasi, aku harus tiba di universitas terlebih dahulu. 


“Good Morning….” Ujarku riang.


“Nado morning Yeoja Hutan……”


“Hhehe Oppa….” Aku tertawa kecil, tanganku menarik kursi dihadapanku.


“Jam berapa Luhan akan kesini eo?? Lihatlah sudah jam berapa ini….”


“Sebentar lagi Oppa….Cerewet sekali….”


“Mwo?? Apa yang kau bilang tadi?? Oppa tak dengar….” Ujar Gyu Oppa,,Ia menarik telinganya.


“Hmm,,Oppa tampan…Apa sudah dengar??” candaku.


“Huh…” wajah Gyu Oppa mencelos,,bibirnya ia manyunkan.

’Lucu sekali batinku.


“Eomma,,Appa….Selama aku menjelajah, jagalah kesehatan kalian, nde…” ingatku.


“Iya nak,, Hampir setiap kali menjelajah kau selalu bilang begitu. Eomma sudah hafal….”.


“Kau juga,,harus berhati-hati disana….Tak boleh lengah sedikit pun..Arrayo!?” ujar Appa menasehati.


“Nde Appa,,siap…hhehe”.



Setelah sarapan, Luhan baru datang kerumahku. Mobilnya ia parkirkan di garasi rumah. Kami akan menggunakan mobil Gyu Oppa untuk pergi ke universitas.




-Skip-



Setibanya di univesitas, aku melihat Myungsoo dan beberapa petinggi lainnya yang sedang duduk menungggu kedatangan mahasiswa lainnya.

“Oppa....Lu....Aku pamit dulu ne. Jaga diri kalian sewaktu aku tidak ada. Oppa,, Kau bertanggung jawab untuk menjaga Eomma dan Appa. Dan kau, Lu....jaga hatimu untukku. Arra!?” perintahku.


“Nde,,Arraseo....” ucap Gyu Oppa dan Luhan kompak. Mereka tampak lucu dengan wajah mencelosnya.


“Yey....Good boy!!” 


“Hmm,, pergilah bersama temanmu itu eo. Dan ingat, berhati-hatilah disana....” timpal Gyu Oppa, Ia langsung memelukku erat.


“Nde Oppa....” aku membalas pelukannya. Menepuk pundaknya perlahan.


“Apa tak ada yang ingin memelukku eo!?” 


Gyu Oppa melepaskan pelukannya, menengok kearah Luhan. “Ohh,,kau ingin dipeluk juga Lu....” Gyu Oppa bertanya dengan gaya santainya, seakan tak peduli, tapi seketika saja tangannya meraih Luhan dan memeluknya dengan sangat erat. “Yakk Hyung....lepaskan eo....lepas....” Luhan meronta-ronta dipelukan Oppa-ku. Aku hanya bisa tertawa melihat kelakuan mereka.



“Annyeong semua....” sapa Bomi riang.


“Ohh nde,,Nado annyeong Mi-ya....” balasku.


Gyu Oppa melepaskan pelukannya. “Ohh Bomi-ya,, Kau juga baru datang??”


“Nde Oppa....Baru saja....”. “Hmm,,Kalian sedang apa disini??” lanjutnya lagi.


“Mereka hanya mengantarkanku saja Mi-ya...” tuturku, tersenyum simpul.




‘Perhatian-perhatian,, semua anggota penjelajah yang sudah  tiba diharapkan segera berkumpul di lapangan. Terimakasih’




“Chorong-ah....ayo kita kesana....” Bomi mengajakku bergegas setelah mendengar pemberitahuan dari Myungsoo tadi.


“Aku pergi dulu Oppa,,Lu....” Aku memeluk mereka satu persatu.


“Kau tidak lupa dengan kalungmu-kan??” tanya Luhan memastikan.


“Nde,,selama ini aku terus mengenakannya Lu,,kau tak perlu khawatir....Lagipula aku sudah sering kali menjelajah...” banggaku.


“Ckckckck....Romantis sekali....”.


“Yak Hyung,,mengganggu saja....” Luhan merengut, kesal dengan ulah Oppa-ku.


“Nde...lanjutkanlah....Aku dan Bomi akan menjadi penonton setia kalian...”


“Omona,,benar Oppa,,kita akan menonton drama pagi ini....kkeke”






:: Author POV ::
 


Ditengah-tengah pembicaraan, Myungsoo datang menghampiri mereka.

“Annyeong...” sapanya.


“Ohh Myung,,nado annyeong,,maaf telah membuatmu menunggu..”. 


“Gwenchana Sunggyu Hyung. Chorong-ah,,Bomi-ya....yang lain sudah menunggu kalian di lapangan....”


“Ye....”. “Aku akan berangkat sekarang....Annyeong Oppa,,Lu...” pamit Chorong.


“Hmm,,berhati-hatilah kalian....” Sunggyu mengulang pesannya.




Seusai berpamitan Chorong dan Bomi ikut berkumpul bersama anak-anak lainnya. Sebentar lagi bus yang akan membawa mereka akan segera tiba. Jalan menuju hutan Majikku terbilang cukup jauh, butuh waktu beberapa jam untuk sampai disana. 


Chorong, entah mengapa gadis itu sedikit gugup sekarang. Jujur saja, sebelumnya ia tak pernah gugup jika akan melakukan hobi jelajahnya itu. Baru kali ini ia merasa gugup. Dikepalanya muncul berbagai bayangan mengenai mitos-mitos yang dianggapnya hanya bualan semata. Mitos yang tak pernah ia percayai selama ini. Yang selalu ia terjemahkan sebagai pemikiran kuno masyarakat. Ya. Mitos tentang hutan Majikku.






Take a quick decision. People are always putting off the decision for a long time, meaning he himself had seized happy times. Remember that the decision has been taken not mean it can not be reviewed or repaired at a later date.
~Dr. 'Aidh Al-Qarni~





To Be Continue



Annyeong..... ^_^ ^_^
Hai..hai readers,,mian kalau ff yang aku buat nampak nggak jelas atau apalah sejenisnya. Aku baru saja berkreasi membuat ff.. Jadii,,mohon dimaklumi yaa,,Gomawo sudah mampir diblogku.. :) :)


Sincerely
 
~R_Hyesoo~















 #Pict

 #Woohyun#Chorong#Luhan#Sunggyu#Bomi