Title :
Stuck in the Witch’s World
Main Cast :
Park Chorong, Nam Woohyun
Support Cast :
Yoon Bomi, Jang Hyerim, Xiao Luhan, Kim Sunggyu, Infinite members and others
Genre :
Fantasy, Romance, Comedy, Sad
Rating :
PG-15
Chapter 3
~
Cerita ini hanyalah karangan fiksi semata . Mian jika banyak typo bertebaran. Please don’t plagiarism. Happy Reading dan Khamsahamnida ^_^ ~
Tangan
Bomi terulur membelai anak rambut Chorong. Sesaat kemudian ia teringat akan
sesuatu. Suatu hal yang membuat dadanya menjadi sesak dikala mengingatnya. Ia
merasa bersalah pada gadis itu. Selama
ini ia tak mampu mengungkapkan apa yang disembunyikannya.
“Chorong-ah,,
Mianhae…..Maafkan aku….”
:: Author POV ::
Sunggyu melangkahkan kakinya menuju dapur. Ia
hendak mengambil air minum. Sesampainya disana ia membuka kulkas dan menuangkan
air dingin dari teko. Disaat sedang meneguk minumannya,
ia menolehkan wajah kearah jendela dapur yang terhubung dengan taman samping
rumahnya yang-kebetulan sekali jendelanya tak tertutup. Ekor
mata Sunggyu menangkap sesosok gadis dengan balutan dress
putih yang tengah duduk membelakanginya.
“Uhuk..uhukk..uhuk..uhukk” Sunggyu tersedak, begitu terkejut dengan apa yang dilihatnya. Secepat
mungkin ia menutup jendela dapur dengan kain gorden. “Huh,,huh,,huh,,huh” nafasnya sedikit
memburu. Tangannya ia kepalkan kuat-kuat.
“Apa ada hantu dirumah ini eo!?” gumamnya
sambil bergidik ngeri.
Ia mencoba melihat kembali sosok gadis itu,
dibukanya sedikit kain gorden yang sudah ia tutup tadi. Diperhatikannya lagi
gadis ber-dress putih itu. “Mwo!? Chankaman….Itu…Bukankah
itu Bomi!?” selidiknya, kedua matanya ia buka lebar-lebar.
“Tapi, sedang apa dia diluar sana??”.
Sunggyu segera beranjak ke kamarnya. Ia
mengambil jaket miliknya yang dirasa tak terlalu tebal. Kini ia berjalan kearah
samping rumahnya, menuju taman tempat Bomi yang sedang duduk seorang diri.
Bomi, gadis itu termangu
menatap langit malam yang bertabur dengan
bintang-bintang. Matanya berkaca-kaca, samar-samar ia berkata
“Aku tak pantas menjadi sahabatmu lagi Chorong-ah”. Saat ini ia hanya ingin
menenangkan hatinya dari rasa bersalah yang terus melandanya.
Langkah kaki Sunggyu semakin mendekat
kearahnya,akan tetapi Ia tak menyadari kehadiran Kakak sahabatnya itu.
“Bomi-ya, sedang apa kau malam-malam disini??
Pakailah jaketnya….” Ujar Sunggyu seraya menyodorkan jaket miliknya.
“Oh….Oppa” Bomi sedikit terkejut dengan
kehadiran Sunggyu yang terbilang cukup tiba-tiba.
Sunggyu tau jika Bomi kaget akan kedatangannya
“Maaf karena mengagetkanmu” timpal nya. Ia mendudukkan tubuhnya disamping Bomi,
menyampirkan jaket yang dibawanya ke
tubuh gadis itu.
“Gomawo Oppa….” Ucapnya.
“Hmm”. “Sedang apa kau disini??” Sunggyu mengulang
pertanyaannya.
“Tidak ada Oppa….Aku hanya ingin mencari udara
malam….” Terangnya yang tentu saja bohong.
“Apa
kau belum mengantuk??” ujar Sunggyu , ia melirik kearah Bomi.
“Belum Oppa….” Balas Bomi singkat. Kini
tatapan mata keduanya bertemu. Sunggyu sedikit kikuk, buru-buru ia mengalihkan
pandangannya.
“Ehm,, Bintangnya indah sekali….” Gumamnya
pelan.
“Apa besok kau jadi pergi Bomi-ya??”
“Huh,, Sepertinya tak jadi Oppa….”
“Waeyo??”
“Aku hanya ingin pergi bersama Chorong, bukan dengan yang lain,, hhehe….”
“Arrayo….Kalian berdua kan lengket sekali….”
“Hhehe….”.
‘Uahh’ Bomi menutup mulutnya, ia menguap singkat.
“Sudah mengantuk??”
“Sepertinya Oppa….Tapi aku masih ingin
disini….” timpalnya.
“Hmm,,Oppa….Chorong sering memberitahuku jika Oppa pandai sekali bernyanyi….”.
“Huh!? Anieyo….tidak juga….Oppa bernyanyi
hanya disaat ia susah tidur saja” kata Sunggyu,
sedikit gugup.
“Kalau begitu bisakah Oppa bernyanyi untukku??....”
“Nde!?” Sunggyu membelalakan matanya.
“Bisakan??” pintanya lagi.
“Ohh,,Nde….Akan Oppa coba. Ehm..ehm..”
Sunggyu berdehem
sebentar. Tak lama setelah
itu, bibirnya mulai melantunkan sebuah lagu. Suara indahnya
menggema ke dalam indera pendengaran Bomi. Bomi tersenyum menikmati nyanyian Sunggyu.
neowah na chinguraneun mari eosae-khae yeoniniran
mari
eou-llyeo o~ nan cheo-eumeuro nae mam kobaekhal-ke
nan jeo haneulye byeoldo ttajul-ke ni-ga
nan jeo haneulye byeoldo ttajul-ke ni-ga
wonhandamyeon
mwodeunji o~ nan haejul suga isseo
Oh I love
you love you love you, You love me love me love me
ara nal hyang-han neoye ma-eumeul~(neoye ma-eumeul)
Oh I love you love you love you, Are you love me love me baby
nado neoreul sarang-hanikka
ara nal hyang-han neoye ma-eumeul~(neoye ma-eumeul)
Oh I love you love you love you, Are you love me love me baby
nado neoreul sarang-hanikka
nan pabo nan neoman boneun pabo neol sarang-hae
nuga mwora-go
nollindaedo neoman boneun
pabo-ga twehl-kepabo nan neoman boneun pabo
pabo-ga twehl-kepabo nan neoman boneun pabo
nae soneul
jabajwo nareuranajwo neoman sarang-haneun pabo~
nan neoman saenggakhada jamdeu-reo kkumso-geseo
nan neoman saenggakhada jamdeu-reo kkumso-geseo
neoman
kkumkkuda~ o nan achimeul kka-eundae~
Oh I love you love you love you, You love me love me love me
ara nal hyang-han neoye ma-eumeul~(neoye ma-eumeul)
Oh I love you love you love you, Are you love me love me baby
Juniel Ft. Yonghwa – Fool (Pabo )
Kedua mata Bomi mulai terasa berat. Rasa
kantuknya sudah tak tertahankan lagi. Suara indah Sunggyu membuatnya ingin terlelap. Beberapa kali kepalanya terlihat bergoyang
tak seimbang, hingga pada akhirnya kepala gadis itu jatuh bersandar dibahu
Sunggyu. Pada mulanya Sunggyu sedikit terkejut. Detak jantungnya berpacu dengan
cepat.
“Ahh,,mengapa ritme jantungku selalu seperti ini....” batinnya mengeluh. Ya. Entah mengapa jika ia
berada didekat Bomi, kerja organ jantungnya selalu tak normal. Tak wajar. Hal
itulah yang kerap kali mengganggu
pikirannya.
Beberapa saat kemudian ia sudah bisa
mengendalikan situasi. Ia memperbaiki letak jaket Bomi yang sedikit terturun.
Udara malam hari terasa semakin dingin. Waktu
sudah menunjukkan pukul 00.30. Sunggyu yang masih tetap diposisinya saat ini
mulai mengantuk. Sudah beberapa kali ia mengucek pelan mata sipitnya. Ia
menoleh kearah Bomi yang tengah tertidur pulas. Ia jadi tak tega jika
membangunkannya. Akhirnya dengan inisiatifnya sendiri, ia berjongkok didepan
Bomi. Menyampirkan lengan gadis itu di pundaknya dan mulai menggendongnya dengan
perlahan.
Sunggyu berjalan dengan sangat berhati-hati.
Digendongannya, Bomi menggumam-gumam pelan “Maafkan aku….”.
Sunggyu mengernyit, sedikit heran dengan apa yang diucapkan gadis itu. “Maafkan aku....” ulang
Bomi lagi.
Sunggyu terus melangkahkan kakinya, menaiki tangga
dengan sedikit susah-payah. Ia hampir sampai di kamar Chorong. Dibukanya pintu
itu ‘Ceklek’.
Adiknya-Chorong- masih terlelap dengan boneka beruang
dipelukannya. Sunggyu
mendekat kearah ranjang dan menurunkan Bomi disamping Chorong. Tangannya
menggapai selimut bercorak pohon dan mulai menyelimuti kedua gadis itu. Sesaat
kemudian ia berlalu meninggalkan kamar Chorong. Masuk kedalam kamarnya dan
mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.
Keesokan paginya semua anggota keluarga Park
sudah berkumpul mengelilingi meja makan, tak terkecuali Bomi. Mereka sedang
menikmati menu sarapan buatan Nyonya Park.
“Besok kalian berdua sudah mulai
menjelajahkan??” tanya tuan Park.
:: Chorong POV ::
“Besok kalian berdua sudah mulai
menjelajahkan??”
“Nde Appa...”.
Ujarku
“Kalian berdua harus berhati-hati nde….” Pesan
Eommaku.
“Nde Eomma...Itu pasti...”.
“Nde Ahjumma, kami akan berhati-hati....” timpal Bomi.
“Ckck….Bomi-ya….Kau itu sudah aku anggap
seperti putriku sendiri. Jangan panggil aku Ahjumma lagi. Mulai sekarang
belajarlah memanggilku Eomma..Aracchi!?”
“Huh?? Ohh,, Nde Ah….mian,,maksudku Eom-ma”
balas Bomi dengan gugup.
Aku yang duduk disamping Bomi hanya tersenyum
simpul. Akan tetapi dilain pihak aku juga ingin tertawa disaat melihatnya
seperti itu.
Jam 8 pagi aku sudah selesai bersiap-siap.
Pukul 8.30 nanti aku akan berkencan dengan pria China-ku, Xiao Luhan. Aku berdiri didepan cermin dan
mematut-matutkan wajahku disana. Tersenyum dengan wajah yang memerah. Itulah
yang saat ini tergambar di raut wajahku. Dibelakangku, Bomi
tersenyum geli melihat tingkahku.
“Hya Chorong-ah, apa kau sedang demam!?” candanya.
“Hhaha…Sepertinya begitu Mi-ya...”
Tiba-tiba ponselku berdering, aku langsung mengangkat
panggilan itu.
“Yeobseo Lu….Ye. Aku sudah selesai
bersiap-siap. Mwo?? Kau sudah dihalaman rumah??” Aku sontak saja kaget, aku
lantas berjalan kearah jendela kamar. Aku melongokkan kepalaku, dan….benar
saja,,Luhan sudah bersandar di samping
mobilnya. Ia melihat kearahku, melambai-lambaikan tangannya dan tersenyum. “Nde. Aku akan segera turun sekarang….”
Ucapku singkat, langsung
memutuskan sambungan telefon.
“Bomi-ya….Aku pergi dulu nde. Luhan sudah
menungguku diluar….” Ucapku terburu-buru.
“Nde…Cepatlah….Sebentar lagi juga aku akan
pulang…Kau,,
bersenang-senanglah...”
“Oh,,Nde Mi-ya….Aku berangkat dulu nde.
Annyeong…..”
Setelah berpamitan, aku segera berlari keluar,
menuju Luhan yang sudah menantiku.
“Lu…..”sapaku riang.
“Hai….Kenapa kau berlari seperti itu eo??”
“Hhehe….” Aku hanya bisa tertawa nyengir.
“Kkaja….”
“Hmm”
Aku dan Luhan berlalu dari halaman rumahku.
Aku tak tau kemana dia akan mengajakku kali ini.
Disepanjang perjalanan kami selalu bercanda,
bercerita tentang berbagai hal dan lain sebagainya.
Karena penasaran,
akhirnya aku bertanya pada
Luhan “Lu,,kita akan kemana??”
“Ckck….Kau ini selalu saja ingin tau....hhehe”
“Aish,,menyebalkan….” Aku bersungut-sungut,
Luhan hanya tersenyum melihatku.
“Sebentar lagi kita akan sampai….Kau tak perlu penasaran
lagi chagi-ya....”
::Author POV ::
“Sebentar lagi kita akan sampai….Kau tak perlu penasaran
lagi chagi-ya....” ujar Luhan.
Tak lama setelah itu mobil yang dikendarai Luhan memasuki area wisata yang sangat terkenal
di Korea Selatan, Lotte World, yang merupakan
salah satu tempat favorite Chorong.
“Kyaaa,,Lu….Aku senang sekali….” Ujar Chorong
saat mereka membayar tiket masuk.
“Nde…Arrayo...Sudah terlihat dari binar
wajahmu chagi….hhehe”
“Cepatlah Lu….Aku sudah tak sabar menaiki
wahana didalam…..” Chorong merajuk layaknya anak kecil.
“Iyaa,,tunggu sebentar….”
Mereka sudah selesai mengantri tiket, kini saatnya mereka menjajal berbagai jenis
wahana yang tersedia.
Selama berjalan, banyak
pasang mata yang
memperhatikan mereka berdua. Terlebih lagi Luhan. Banyak yeoja usia remaja yang tersenyum-senyum centil kearahnya.
Chorong yang melihat kelakuan para yeoja itu mengeluarkan tatapan tak sukanya.
“Uhh,,Dasar yeoja genit. Apa mereka tak tau eo jika Luhan itu pacarku….” Gumamnya pelan.
Luhan tertawa simpul. Ia merangkul pundak Chorong “Kau cemburu??”.
“Hmm,,Tidak juga….” Timpal Chorong, bibirnya
ia kerucutkan kedepan.
Tak lama setelah berjalan
keliling, akhirnya mereka berdua
larut dalam wahana-wahana permainan
yang tersedia di dalam gedung,
sebut saja
Adventure of Sinbad, Pharaoh’s Fury, Camelout Carrousel. Setelah keduanya puas
akan wahana adventure tadi, mereka langsung beralih ke wahana yang ada diluar
gedung, Gyro Drop, Gyro Swing, Bungee Drop dan masih banyak lagi.
“Lu…..kita naik French
Revolution yukk….” Ajak Chorong.
“Ahh,,Aku tak terlalu berani
chagi-ya”
“Uhh,,ayolah Lu…..please….” Chorong memasang wajah
aegyo-nya.
“Hmm,, Nde….Baiklah, Demi
kamu....”
“Yess,, Gomawo Lu” Chorong
langsung memeluk Luhan, Ia sangat senang sekali jika memainkan wahana semacam roller
coaster itu. Wahana kesukaannya.
Chorong dan Luhan lantas
menaiki French Revolution. Mereka berteriak bersama-sama dengan pengunjung
lainnya. Akan tetapi ekspresi yang diperlihatkan sepasang kekasih itu amatlah
berbeda. Chorong dengan rautnya yang sangat ceria, sementara Luhan, gurat ketakutan telah
menghiasi
wajah pria
itu.
Setelah selesai dengan
wahana yang memacu adrenalin tadi, kini saatnya keduanya bersantai diudara. Ya. Tujuan mereka sekarang adalah Baloon Sky Ride.
Dari baloon ini mereka bisa menyaksikan luasnya hamparan Lotte World. Menyenangkan
bukan.
Tak terasa jam makan siang sudah tiba. Chorong
dan Luhan beranjak ke sebuah restoran yang ada disana. Memesan beberapa
hidangan. Keduanya tampak menikmati sajian dihadapan mereka, memakannya dengan lahap. Hampir satu jam sudah
mereka duduk direstoran itu.
Mengingat jika besok Chorong sudah sibuk dengan kegiatan penjelajahannya, maka, tepat pukul 4 sore mereka pulang. Luhan tak
ingin jika kekasihnya itu kelelahan disaat menjelajah esok paginya.
“Lu….Kau tidak ingin mampir dulu??” Tawar Chorong saat mereka sudah sampai
dihalaman rumah.
“Hmm,,Tidak usah chagi-ya….Aku langsung pulang
saja….” Timpal Luhan, tangannya membelai lembut rambut Chorong.
Sunggyu mendengar deru mobil yang datang. Ia melongokkan kepalanya keluar
jendela kamar. Dilihatnya dua orang yang dikenalnya sedang
bersandar disamping mobil. “Ckck….Baru pulang mereka….” Sunggyu tersenyum geli.
“Nde….Kau pulanglah dulu. Aku akan menungguimu
disini....”
“Hmm,,Nde….Aku akan pulang….” Luhan memeluk Chorong sekilas, kemudian
melepasnya. Luhan mendekatkan wajah tampannya,
ia hendak mencium Chorong. Chorong hanya membeku ditempatnya. Kini wajah keduanya sudah sangat dekat, tinggal beberapa
inchi lagi. Sunggyu yang masih memperhatikan kedua orang itu menjengit kaget.
“Mwo?? Kisseu!?...”
Sedetik kemudian Sunggyu berteriak,
menginterupsi keduanya “Hyaaaaaaaaa….”.
Lengkingan panjang Sunggyu
membuat mereka terkejut. Buru-buru Luhan menjauhkan wajahnya. Mereka berdua salah tingkah, malu. Tangan Luhan menggaruk-garuk
belakang kepalanya yang tak gatal. Sedangkan
Chorong, gadis itu hanya bisa menundukkan
kepalanya. ‘Ya Tuhan....’ batin gadis itu.
“Hyaa,, Luhan-ah…. Sepertinya hari sudah
sore,, Apa kau mau mampir sebentar eo??” teriak Sunggyu menawarinya, yang jelas-jelas hanya bermaksud menggoda pria tampan itu.
“Ahh,,Tak usah Hyung, Aku pulang
saja….Annyeong….” ujarnya, membalas teriakan Sunggyu. “Chagi-ya,,Aku pulang
dulu nde. Besok aku akan mengantarmu ke universitas….”.
“Nde Lu,,Annyeong....”
Luhan beranjak dari tempatnya, masuk kedalam
mobil. Seketika saja mobil Luhan berlalu dari hadapan Chorong.
“Chorong-ah…. Apa yang kau lakukan disitu eo….hhaha” Sunggyu kembali tertawa. Ia sangat senang
jika menggoda adiknya.
Chorong memanyunkan bibirnya. Ia
menghentak-hentakkan kedua kakinya, merasa kesal dengan ulah kakaknya.
“Oppa menyebalkaaaannnn....”
teriaknya.
-
-
Woohyun, laki-laki itu sedang berada di kamarnya, ia sibuk
membaca buku-buku lama yang
Ayahnya berikan kemarin.
Hal itulah yang sering ia lakukan jika berada di kerjaan. Menulis, membaca dan
memahami apa yang dituliskan di koleksi bukunya.
‘Tok…tok..tok..tok....’
“Masuk….”
‘Ceklek’ pintu kamar terbuka. Beberapa
pengawal terlihat berjejer, membentuk barisan. Raja Nam Jae Hoo masuk, menemui putranya.
“Woohyun-ah….”.
“Nde Abeoji….” Woohyun menunduk hormat.
“Apa kau tidak bosan terus-terusan dikamar?? Sesekali
kau keluarlah, berjalan-jalan di sekitar kerajaan.....”
“Nde Abeoji....”
“Kau adalah penerus kerajaan ini Nak,
dan seharusnya kau harus lebih dekat dan mengenal rakyatmu….Arra??”
“Nde Abeoji….Maaf sudah mengecewakanmu….”
“Gwenchana Anakku….Abeoji
tau perasaanmu. Abeoji hanya ingin kau terlepas dari rasa tertekan yang
terus membelenggumu itu nak….” ujar Raja Jae Hoo, menepuk pundak Woohyun.
Raja Jae Hoo berlalu meninggalkan kamar
anaknya. Ia paham betul bagaimana perasaan Woohyun. Ingatannya mulai menerawang ke masa lalu. Masa dimana istrinya yang berjuang amat keras untuk melahirkan putra
mereka.
_FlashBack_
“Aakkhhh…..Aakkhh…..” Ratu Ahn Seo Ji
berteriak keras.
Disampingnya, Raja Jae Hoo menggenggam erat
tangan istrinya itu. “Yeobo….Bertahanlah….”
“Aakkhh….Ak..Aku….Akkhh” suara Ratu
terbata-bata, peluh sudah membanjiri tubuhnya.
“Bertahanlah….Aku mohon….” Raja hampir
terisak, ia tak tega melihat istrinya yang terlihat begitu kesakitan.
Para tabib sedang berusaha membantu proses
persalinan Ratu.
“Ak….Aku…tak bisa….”
“Kau kuat dan kau pasti
bisa….”
“Ratu....Tarik nafas dalam-dalam, lalu dorong
dengan kuat……Lagi Ratu, Satu kali dorongan lagi. Bayinya sudah mulai
terlihat….” Tabib memberi instruksinya.
Ratu mengikuti apa yang tabib perintahkan. Dengan
satu dorongan kuat ratu menjerit, ia mengejan.
“Akkkhhhhh…...”.
“Ooeee….ooeeee” suara tangisan bayi mungil yang dinanti sejak tadi itu
pun menggema, memenuhi ruangan. Para
tabib yang ikut membantu proses persalinan sudah
bisa bernafas lega, terlebih lagi Raja dan Ratu. Mereka berdua tersenyum hangat menyambut kelahiran sang buah
hati.
“Anakku…..” ujar Ratu lirih. Tabib meletakkan
bayi kecil itu digendongan Ratu.
“Iya yeobo…..Ini anak kita….Terimakasih....” Balas Raja, mengecup pelan kening istrinya.
Mereka berdua memberi
belaian-belaian lembut di wajah bayinya.
Akan tetapi, tak dinyana, wajah
sang Ratu semakin lama semakin
pucat, badannya pun mulai terasa
dingin. Raja Jae Hoo mulai khawatir.“Seo Ji-ya….Gwenchana??Seo Ji-ya….” Panggilnya.
“Tabib….Ada apa dengan istriku!? Apa yang
terjadi padanya?? Ya Tuhan..tolonglah..” Raja mulai panik, air matanya sudah
tak terbendung lagi. Salah satu tabib mengambil alih untuk menggendong bayi mungil mereka.
“Seo Ji-ya…..Yeobo….” panggilnya lagi.
Tabib lainnya berusaha
menyelamatkan Ratu. “Yang mulia
Raja,, Ratu mengalami pendarahan yang serius....”.
“Lakukanlah sesuatu!!” perintahnya.
“Gwen..gwen-chana…..Aku….tak apa.Yeobo….Jagalah….putra-kita,be..besarkan dia de-dengan kasih
sayangmu….Ber-janjilah….” Tutur Ratu terbata-bata, nafasnya terasa berat.
“Kita akan membesarkannya bersama-sama
Ji-ya….Tolong bertahanlah….Aku mohon Ji-ya….”.
“Mian….Mian-hae….Ak-aku tak bisa….” Tiba-tiba
saja pegangan tangan Ratu terlepas, ia
sudah tak sadarkan diri.
“Ji-ya....Ji-ya......Andwaaeee......”
Raja berteriak keras, tangannya
menepuk-nepuk wajah istrinya.
Sang bayi ikut menangis kencang, seperti mengetahui
apa yang telah terjadi pada Ibunya.
Raja Jahe Hoo beralih menggendong
putra kecilnya. Dipeluknya dengan sayang, berharap agar putranya tak menangis
lagi. “Tenanglah
Nak.....Tenanglah....Uljima Anakku….Nam Woohyun”.
_FlashBack End_
Sepeninggal Ayahnya, Woohyun kembali larut
dalam kegiatan awalnya. Jari-jari tangannya sibuk membolak-balikkan buku. Tak
dinyana, sebuah lembar kertas lusuh terjatuh dari salah satu halaman buku yang
dipegangnya. “Ige Mwoya!?” tanyanya,
ia mengambil kertas yang terjatuh tadi. “Surat!?” gumamnya
pelan. Tak ingin buang waktu, Woohyun langsung membaca isi surat itu.
“Anakku…..
Ibu menuliskan surat ini untukmu, Nak.
Ibu juga tak mengerti apa yang akan terjadi nantinya, sehingga Ibu menuliskan
kata-kata seperti ini. Akan tetapi, Ibu sangat menantikan kelahiranmu. Hari dimana kau akan melihat indahnya dunia ini untuk pertama kalinya, Nak. Ibu sungguh
menantikan hari itu. Ibu akan berusaha sekuat tenaga untukmu, Jadi, semua orang tak perlu khawatir
terhadap Ibu”.
Woohyun berhenti membaca surat itu. Kedua matanya mulai berkaca-kaca, tangannya pun sudah bergetar. Sesaat kemudian ia kembali
membacanya.
“Anakku….Ibu
harap kau akan menjadi seorang pemimpin kelak. Pemimpin yang bijaksana, seperti
halnya Ayahmu. Pemimpin yang secara suka rela mau membantu rakyatnya, serta tak
sombong akan kekuasaanya. Ibu juga berharap kau akan hidup dengan layak dan bahagia,
tetaplah tersenyum, Nak.
Dengarkan juga apa yang dikatakan oleh Ayahmu, dia amat-sangat sayang padamu, seperti
Ibu, maka dari itu, Jangan pernah acuhkan dia, Aracchi!?. Semoga apa yang Ibu
sampaikan ini bisa kau pahami Anakku. Salam sayang, Ibu”.
Woohyun tak kuasa menahan laju air matanya. Ia
terisak, kini tubuhnya ikut bergetar. “Eomma….” Lirihnya. “Mianhae….Jeongmal
mianhae Eomma…” Ucap Woohyun disela-sela tangisannya.
Sejak kecil Woohyun selalu menganggap jika
dirinyalah yang menyebabkan sang Ibu meninggal. Hatinya selalu tertekan dengan hal itu. Walaupun Raja Jae Hoo sudah berulang kali memberitahu bahwa itu bukan
kesalahannya, akan tetapi tetap saja Woohyun menyalahkan dirinya.
Kini Woohyun
sadar apa yang dilakukannya selama ini begitu jauh dari apa yang Ibunya
harapkan. Mulai detik ini ia bertekad untuk merubah sifat acuhnya. Merubah semua
sifat yang dianggapnya buruk. Ia ingin membuat harapan Ibunya menjadi nyata.
Dia akan menjadi orang yang lebih baik mulai saat ini. Ya. Itu tekadnya.
“Eomma…. Aku menyayangimu ….Aku..Aku tak-akan mengecewakanmu-lagi….” ujarnya bersungguh-sungguh. Ia masih terisak. Ia
merasa jika air matanya sulit sekali untuk dibendung.
:: Chorong POV ::
Aku bangun sangat pagi hari ini. Pukul 5 aku
sudah mulai bersiap-siap. Membawa beberapa makanan untuk persediaan di hutan
nantinya. Jam 6.30 nanti Luhan dan Gyu oppa akan mengantarkanku ke universitas.
‘Tok..tok..tok..tok..’. “Chorong-ah….:”
“Nde Oppa,, masuk saja….”
‘Ceklek’
“Waeyo Oppa??”
“Nanti Luhan ikut mengantar kan??”
“Nde Oppa”
“Kita berangkatnya pakai mobil siapa??”
“Hmm,,mobil Oppa saja….”
“Hmm…Baiklah….”. Gyu Oppa melangkah keluar
dari kamarku. Tapi sedetik kemudian ia kembali menemuiku.
“Oh iya Chorong-ah,,Bagaimana dengan Bomi??”
“Hmm...Dia
langsung berangkat dari rumahnya Oppa,,Wae??”
“Anieyo,,Oppa hanya tanya saja….”. “Kau
cepatlah sarapan….”
“Sipp Oppa,,Tunggulah sebentar lagi….”
“Hemm….”
Gyu Oppa segera beranjak meninggalkan kamarku.
Aku hanya tinggal sarapan saja sebelum berangkat. Bus yang akan mengantarkan
kami ke hutan Majikku akan berangkat pukul 7 pagi. Sebagai salah satu petinggi
organisasi, aku harus tiba di universitas terlebih dahulu.
“Good Morning….” Ujarku riang.
“Nado morning Yeoja Hutan……”
“Hhehe Oppa….” Aku tertawa kecil, tanganku
menarik kursi dihadapanku.
“Jam berapa Luhan akan kesini eo?? Lihatlah
sudah jam berapa ini….”
“Sebentar lagi Oppa….Cerewet sekali….”
“Mwo?? Apa yang kau bilang tadi?? Oppa tak
dengar….” Ujar Gyu Oppa,,Ia menarik telinganya.
“Hmm,,Oppa tampan…Apa sudah dengar??” candaku.
“Huh…” wajah Gyu Oppa mencelos,,bibirnya ia
manyunkan.
’Lucu sekali’
batinku.
“Eomma,,Appa….Selama aku menjelajah, jagalah
kesehatan kalian, nde…” ingatku.
“Iya nak,, Hampir setiap kali menjelajah kau
selalu bilang begitu. Eomma sudah hafal….”.
“Kau juga,,harus berhati-hati disana….Tak
boleh lengah sedikit pun..Arrayo!?” ujar Appa menasehati.
“Nde Appa,,siap…hhehe”.
Setelah sarapan, Luhan
baru datang kerumahku. Mobilnya ia parkirkan di garasi rumah. Kami akan
menggunakan mobil Gyu Oppa untuk pergi ke universitas.
-Skip-
Setibanya di univesitas,
aku melihat Myungsoo dan beberapa petinggi lainnya yang sedang duduk menungggu
kedatangan mahasiswa lainnya.
“Oppa....Lu....Aku pamit
dulu ne. Jaga diri kalian sewaktu aku tidak ada. Oppa,, Kau bertanggung jawab
untuk menjaga Eomma dan Appa. Dan kau, Lu....jaga hatimu untukku. Arra!?”
perintahku.
“Nde,,Arraseo....” ucap
Gyu Oppa dan Luhan kompak. Mereka tampak lucu dengan wajah mencelosnya.
“Yey....Good boy!!”
“Hmm,, pergilah bersama
temanmu itu eo. Dan ingat, berhati-hatilah disana....” timpal Gyu Oppa, Ia
langsung memelukku erat.
“Nde Oppa....” aku
membalas pelukannya. Menepuk pundaknya perlahan.
“Apa tak ada yang ingin
memelukku eo!?”
Gyu Oppa melepaskan
pelukannya, menengok kearah Luhan. “Ohh,,kau ingin dipeluk juga Lu....” Gyu
Oppa bertanya dengan gaya santainya, seakan tak peduli, tapi seketika saja tangannya
meraih Luhan dan memeluknya dengan sangat erat. “Yakk Hyung....lepaskan
eo....lepas....” Luhan meronta-ronta dipelukan Oppa-ku. Aku hanya bisa tertawa
melihat kelakuan mereka.
“Annyeong semua....” sapa
Bomi riang.
“Ohh nde,,Nado annyeong
Mi-ya....” balasku.
Gyu Oppa melepaskan pelukannya.
“Ohh Bomi-ya,, Kau juga baru datang??”
“Nde Oppa....Baru
saja....”. “Hmm,,Kalian sedang apa disini??” lanjutnya lagi.
“Mereka hanya
mengantarkanku saja Mi-ya...” tuturku, tersenyum simpul.
‘Perhatian-perhatian,, semua anggota penjelajah yang sudah tiba diharapkan segera berkumpul di lapangan.
Terimakasih’
“Chorong-ah....ayo kita
kesana....” Bomi mengajakku bergegas setelah mendengar pemberitahuan dari
Myungsoo tadi.
“Aku pergi dulu
Oppa,,Lu....” Aku memeluk mereka satu persatu.
“Kau tidak lupa dengan
kalungmu-kan??” tanya Luhan memastikan.
“Nde,,selama ini aku
terus mengenakannya Lu,,kau tak perlu khawatir....Lagipula aku sudah sering
kali menjelajah...” banggaku.
“Ckckckck....Romantis
sekali....”.
“Yak Hyung,,mengganggu
saja....” Luhan merengut, kesal dengan ulah Oppa-ku.
“Nde...lanjutkanlah....Aku
dan Bomi akan menjadi penonton setia kalian...”
“Omona,,benar Oppa,,kita
akan menonton drama pagi ini....kkeke”
:: Author POV ::
Ditengah-tengah
pembicaraan, Myungsoo datang menghampiri mereka.
“Annyeong...” sapanya.
“Ohh Myung,,nado
annyeong,,maaf telah membuatmu menunggu..”.
“Gwenchana Sunggyu Hyung.
Chorong-ah,,Bomi-ya....yang lain sudah menunggu kalian di lapangan....”
“Ye....”. “Aku akan
berangkat sekarang....Annyeong Oppa,,Lu...” pamit Chorong.
“Hmm,,berhati-hatilah
kalian....” Sunggyu mengulang pesannya.
Seusai berpamitan Chorong
dan Bomi ikut berkumpul bersama anak-anak lainnya. Sebentar lagi bus yang akan
membawa mereka akan segera tiba. Jalan menuju hutan Majikku terbilang cukup
jauh, butuh waktu beberapa jam untuk sampai disana.
Chorong, entah mengapa
gadis itu sedikit gugup sekarang. Jujur saja, sebelumnya ia tak pernah gugup
jika akan melakukan hobi jelajahnya itu. Baru kali ini ia merasa gugup. Dikepalanya
muncul berbagai bayangan mengenai mitos-mitos yang dianggapnya hanya bualan
semata. Mitos yang tak pernah ia percayai selama ini. Yang selalu ia
terjemahkan sebagai pemikiran kuno masyarakat. Ya. Mitos tentang hutan Majikku.
Take a quick decision. People
are always putting off the
decision for a long time, meaning he himself had seized happy
times. Remember that
the decision has been taken not mean it can
not be reviewed or repaired
at a later date.
~Dr. 'Aidh Al-Qarni~
To Be Continue
Annyeong..... ^_^ ^_^
Hai..hai readers,,mian kalau ff yang aku buat nampak nggak
jelas atau apalah sejenisnya. Aku baru saja berkreasi membuat ff.. Jadii,,mohon
dimaklumi yaa,,Gomawo sudah mampir diblogku.. :) :)
Sincerely
~R_Hyesoo~
#Pict
#Woohyun#Chorong#Luhan#Sunggyu#Bomi