Selasa, 02 Februari 2016

Stuck in the Witch's World










Title                 : Stuck in the Witch’s World

Main Cast        : Park Chorong, Nam Woohyun

Support Cast    : Yoon Bomi, Jang Hyerim, Xiao Luhan, Kim Sunggyu, Infinite members and others

Genre              : Fantasy, Romance, Comedy, Sad

Rating             : PG-15





Chapter  I




~ Cerita ini hanyalah karangan fiksi semata . Mian jika banyak typo bertebaran. Happy Reading dan Khamsahamnida ^_^ ~




Summary : Aku adalah seorang yeoja berusia 20 tahun. Aku suka sekali menjelajahi hutan. Teman-temanku sering menyebutku si ‘Yeoja Penakluk Hutan’. Mereka memberi panggilan itu karena setiap kali menjelajah hutan, aku tak pernah tersesat. Aku selalu menemukan jalan untuk keluar dari hutan. Akan tetapi….kali ini berbeda. Aku tak bisa menemukan jalan keluarnya. Aku juga tak tahu tempat apa ini. Tempat seperti ini tak pernah kulihat sebelumnya. Terlihat asing. Apakah aku sedang bermimpi sekarang?? Jika benar demikian, maka bangunkanlah aku!! ~ Park Chorong.





:: Chorong POV ::




 Ahh…..Saat ini bunga-bunga bermekaran dengan indah. Warna-warninya menyebar rata disepanjang jalan. Ya. Musim semi telah tiba sejak sebulan lalu. Hampir setiap pagi di  musim semi terdengar suara burung berkicauan. Sungguh indah. Mereka berterbangan hilir mudik kesana-kemari dengan riang, seperti membawa keceriaan bagi pasang mata yang melihatnya.





“Enghh” aku menggeliat pelan diatas tempat tidur. Dengan perlahan aku mencoba untuk duduk, kedua tanganku mengucek pelan mataku yang masih sedikit terpejam. “Jam berapa ini??” gumamku.


Tok..tok..tok..tok….. Terdengar suara pintu kamar yang diketuk. “Chorong-ah,,apa kau sudah bangun” teriak pelan seorang wanita, dialah Ibuku. Kim Hae Sun.


 “Nde Eomma…Aku sudah bangun”.


“Cepatlah kau bersiap-siap nak….Appa sudah menunggumu di lantai bawah”.


“Nde Eomma….Aku akan segera turun”.



Hari Senin. Hari pertama ditiap minggu. Semua rutinitas harian harus kukerjakan. Dan hari ini jadwalku cukup padat tentunya. Mungkin seharian ini aku akan menjadi sosok penghuni universitas. Setelah jam kelasku berakhir nantinya, aku masih harus menghadiri rapat antar sesama petinggi sekaligus anggota-anggota organisasi. Hampir disetiap liburan, organisasi-ku selalu mengadakan acara jelajah hutan. Yaa. Organisasi yang aku ikuti adalah organisasi jelajah hutan. Itu adalah hobiku semenjak remaja.


Awalnya Appa dan Eomma bersikeras melarangku untuk mengikuti organisasi sejenis itu. Mereka takut jika aku tersesat dan sebagainya, khawatir layaknya orang tua kebanyakan. Aku harus merengek-rengek terlebih dahulu untuk meminta persetujuan mereka. Hingga akhirnya hati mereka melunak dan menyetujui permintaanku. Tentu saja hal itu tak gratis. Ada beberapa syarat yang harus ku pikul. “Pertahankan nilai-nilaimu dan jangan pernah tersesat sekalipun, arra”



Huh….Aku selalu terbayang-bayang akan kalimat bersyarat dari Appa. Sulit sekali jika harus mempertahankan nilai dengan mengikuti organisasi semacam itu. Sangat-amat-banyak waktu yang akan tersita. Akan tetapi, demi hobiku yang satu ini, aku harus berjuang. Aku harus belajar dengan lebih giat dan sebisa mungkin untuk mempertahankan prestasi belajarku.




Setelah selesai bersiap-siap aku segera keluar dari kamar. Berjalan menuruni anak tangga dan mengedarkan pandanganku kearah meja makan.

“Selamat pagi Appa….Eomma”sapaku riang.






:: Author POV ::





“Selamat pagi Appa….Eomma” sapa gadis itu riang.


“Cepatlah Nak, kamu tidak mau kan jika terlambat di kelasmu pagi ini” ujar Ibu-nya mengingatkan.


“Dimana Oppa……Apa dia sudah berangkat duluan??” 


“Iya, dia berangkat pagi-pagi sekali hari ini”. Jawab seorang pria paruh baya yang duduk dihadapannya. Park Ki Yoon. “Apa jadwalmu hari ini cukup padat??” lanjutnya lagi.


“Nde Appa. Hmm,,Aku juga akan pulang saat menjelang petang nanti”.


Mereka menikmati sarapan dalam diam. Sesekali terdengar suara piring dan sendok yang saling beradu. Setelah menyelesaikan sarapannya, gadis itu berangkat bersama Ayah-nya. Kebetulan, perusahaan Ayah-nya terletak satu arah dengan arah universitasnya. Seoul University.






7.15 KST





Seorang gadis -Park Chorong- tengah berjalan dengan terburu-buru. Ditangan kirinya tergenggam selembar karton putih. Ia melangkah menuju ruang kelasnya. Setibanya disana ia lantas duduk seraya mengatur laju nafasnya yang sedikit tersengal-sengal. Ia membuka buku catatan dan membacanya sekilas. Songsaengnim yang dijadwalkan untuk mengajar kelasnya pagi ini sudah memasuki kelas. Mengajar seperti biasanya. Gadis itu memperhatikan dengan seksama hingga kelas usai. Tepat pukul 1 siang kelas telah dibubarkan. Waktunya jam makan siang.



Gadis yang mengambil jurusan ilmu managemen itu bersama dengan sahabatnya-Bomi-, menuju kantin untuk menikmati santap siang. Duduk di bagian sudut kantin yang merupakan tempat duduk favorit mereka. Tak lama setelah mereka memesan makanan, seorang namja tampan datang menghampiri. 

“Annyeong..” sapanya. Namja itu adalah Xiao Luhan, si pria China yang notabene-nya adalah namjachingu Chorong. Keluarganya terbilang cukup dikenal banyak orang di Seoul. Ayahnya merupakan seorang pemilik yayasan universitas-universitas terkemuka. Tak heran jika banyak yeoja yang mengagumi sosoknya. 


“Nde Lu. Nado annyeong….Kau lama sekali datangnya” Chorong mengeluarkan komentarnya.


“Mianhae chagiya, Aku harus mengurus beberapa hal tadi. Hmm, jam berapa kau pulang nanti??”.


“Sepertinya menjelang petang Lu. Hmm, Kau pulang saja duluan. Aku bisa pulang bersama Bomi nantinya. Iyakan Bomi-ya??”.


“Ye.  Aku akan pulang bersamanya” Bomi menjawab dengan agak kikuk. Sedikit tak biasa.


Bomi adalah sahabat karib Chorong sejak kecil. Ia juga sering menginap di rumah Chorong. Begitupula sebaliknya. Mereka berdua juga memiliki hobi yang sama-sama terbilang extreme.


Sebentar lagi rapat organisasi akan segera dimulai. Para petinggi beserta anggota-anggotanya harus datang tepat waktu. Hal itu tentu membuat mereka harus segera menghabiskan makanannya.


-

-

-

-



Rapat siang ini dimulai. Seluruh petinggi organisasi jelajah hutan sudah berkumpul di ruang yang dijadwalkan. Ketua organisasi, Myungsoo-sunbaenim membuka agenda rapat. Ia memberi beberapa kata sambutan kecil bagi para junior-juniornya. Setelah itu ia memerintahkan Chorong-sang wakil ketua- agar berdiri didepan dan menjelaskan tujuan dimana penjelajahan kali ini akan berlangsung.




“Kita akan mulai menjelajah seminggu sebelum musim dingin tiba. Tujuan penjelajahan adalah hutan Majikku. Kita akan melewati jalur barat yang tidak terlalu curam untuk dilalui.  Mengingat jika hutan ini cukup extreme, jadi pastikan kalian membawa semua hal yang diperlukan nantinya. Arraseo??”.



“Nde sunbaenim”.


-

-



Rapat itu berakhir setelah waktu menunjukkan pukul 4 sore. Akan tetapi para petinggi organisasi harus berkumpul untuk membahas hal-hal yang belum sempat dibahas sebelumnya di ruang rapat.




“Apa kau yakin kita akan pergi ke hutan itu Chorong-ah??”tanya Myungsoo memastikan. Ia kurang setuju dengan tujuan penjelajahan kali ini. Terlalu berbahaya fikirnya.



“Nde Myung. Aku sudah yakin. Lagi pula kita belum pernah menjelajah kesana bukan?? Hei, tunggu sebentar….Apa jangan-jangan kalian khawatir mengenai mitos yang sering terdengar itu eoh??” selidiknya.



“Chorong-ah, itu bukan hanya sekedar mitos biasa….” Ujar seorang petinggi lainnya, Hoya.



“Anieyo, hal ini tetap tak bisa dibatalkan begitu saja. Aku juga sudah belajar mengenai hutan itu. Jalan keluarnya pun cukup mudah untuk ditemukan. Kalian tak perlulah khawatir seperti itu….”.



Akhirnya setelah mendengar penjelasan Chorong, mereka tak lagi merasa ketakutan seperti saat sebelumnya.



Sebelum sinar matahari sore terbenam, Bomi sudah bersiap untuk mengantarkan Chorong. Disepanjang perjalanan pulang, meraka berdua sibuk membicarakan hal-hal yang mereka anggap menyenangkan. Hingga disuatu waktu, Chorong teringat akan hutan Majikku.


“Bomi-yaa..Apa menurutmu mitos di hutan Majikku itu benar-benar ada??”.


“Sepertinya memang benar begitu. Aku juga pernah membaca sebuah artikel Chorong-ah. Artikel itu menjelaskan bahwa sekitar 2 tahun lalu ada seorang penjelajah seperti kita yang  melihat beberapa penyihir sedang bertarung. Ihh…Menyeramkan bukan….”.


“Ckckckck,,Apa hanya itu mitosnya??” ujar Chorong yang terdengar seperti sebuah sindiran.


“Hmm, Mollayo….Aku hanya membaca sekilas saja waktu itu”. 


“Walaupun memang benar berita tentang adanya penyihir itu, tapi tetap saja aku tak akan takut”.


“Jinjjayo?? Mengapa aku seperti tak percaya yaa??” Bomi berkomentar, matanya melirik geli kearah Chorong. Membuat Chorong tertawa.


“Hahahaha….Kita lihat saja nanti”
-

-

-

-



Hutan Majikku, Hutan lebat ini merupakan salah satu hutan yang dihuni oleh dua klan penyihir dari masa kerajaan dinasti Joseon. Mereka tinggal dan beraktivitas layaknya manusia kebanyakan. Hanya saja wilayah tempat tinggal mereka tak banyak diketahui oleh para manusia. Hanya segelintir orang saja yang pernah menjangkau wilayah mereka.



Para penyihir yang ada di hutan Majikku tinggal di dua kerajaan yang berbeda. Kerajaan Han’ei dan Kerajaan Yami.


Kerajaan Han’ei dipimpin oleh Raja Nam Jae Hoo. Dia adalah seorang raja yang dikenal dengan  sifat bijaksananya. Istrinya, Ahn Seo Ji telah meninggal 23  tahun  lalu disaat melahirkan putra  semata wayang mereka -Nam Woo Hyun-. Kini, Nam Woo Hyun telah tumbuh menjadi sesosok pemuda yang tangguh. Suatu saat nanti, ia akan menggantikan kedudukan sang ayah unuk menjadi seorang raja.


Berbeda dengan Kerajaan Han’ei, Kerajaan Yami, dipimpin oleh seorang Ratu yang dikenal dengan perangainya yang angkuh. Ratu Song Mii Kyu. Ia adalah seorang Ratu yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi apa yang diinginkannya. Ia sangat membenci keluarga Nam Jae Hoo. Ia juga memiliki seorang keturunan yang cantik –Jang Hye Rim- . Akan tetapi, Jang Hye Rim memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan sifat ibunya.



Perlu diketahui juga bahwa hampir disetiap malam di hutan Majikku, seringkali terlihat beberapa pengawal kerajaan yang selalu menemani sang putra Kerajaan Han’ei berlatih sihir. Putra Kerajaan itu selalu berlatih di tempat yang terbilang cukup jauh dari wilayah kekuasaannya. Dengan menunggangi kuda putih, ia meminta beberapa pengawal setia untuk menyerang dirinya.


“Kalian, majulah lawan aku…..” perintahnya.


“Tap….tapi….”.


“Cepatlah…..” sergahnya kesal.



Dengan bermodalkan kemampuan sihir yang dikuasainya, Woohyun selalu menangkis semua serangan dari pihak pengawal. Bibirnya terbilang cukup cekatan dalam merapalkan banyak mantra. Para pengawalnya seringkali dibuat kelimpungan.


“Sekarang kita pulang, besok kita latihan lagi, arra??”.


“Nde Tuan Muda”.



Woohyun, ia juga seorang yang agak acuh. Pemuda itu terbilang tak cukup bijak jika memimpin kerajaan suatu saat nanti. Jarang sekali ia tersenyum, apalagi tertawa. Wajah tampannya sering diliputi dengan kesan dingin. Ia hanya akan memperlihatkan senyumnya jika  berada didepan sang sahabat, Hye Rim. Walaupun sudah sangat jelas Ratu Mii Kyu membenci mereka, hal itu tak lantas ikut membuat Hye Rim membenci Woohyun juga. Dirinya selalu diterima baik jika berkunjung ke keluarga kerajaan itu.



Seringkali Hye Rim diperingatkan Ibunya agar tak lagi dekat-dekat dengan musuhnya. Akan tetapi Hye Rim tak menggubrisnya, ia terus saja bersahabat dengan Woohyun. 


“Eomma….Apa salahnya jika aku berteman dengannya?? Ia seorang pemuda yang baik” Begitulah yang sering Hye Rim ucapkan disaat ia dan Ibunya sedang berdebat.


“Ia tak pantas menjadi temanmu Hye Rim-ah….Ingat itu!!”. “Dan jangan pernah bertanya mengenai alasannya….!!” Terangnya dengan penuh penekanan.

-

-

-

-



:: Chorong POV::



“Bomi,,ireonna….Bomi-yaa….bangunlah..palli..” sudah berulang kali aku membangunkannya. Dia masih saja bergelung dengan selimut tebalku. Ya. Semalam ia menginap dirumahku. Setelah mengantarkanku pulang, Ibu menyuruhnya untuk makan malam bersama. Jelas saja ia tak akan menolak masakan Ibuku yang super enak itu. Dan akhirnya, disinilah ia berada sekarang. Tergeletak bebas diatas tempat tidurku. 



“Hya,,Bomi-ya….Apa kau ingin kita terlambat eoh?? Palli ireona hya” tanganku mengguncang-guncang lengannya, berharap jika ia akan segera terbangun. 


“Eohh….Chankamanyo….Aku masih mengantuk….” Sahutnya dengan suara khas orang bangun tidur.


“Hyaa,,Ini sudah jam berapa Bomi-ya….Apa kau lupa jika yg mengajar pagi ini adalah Ahn Songsaengnim!?”.


“Ahn Songsaengnim….Ahn Songsaengnim….” Bomi menyebut-nyebut nama Ahn Songsaengnim, sepertinya ia masih belum terbangun dari tidurnya…..ckckckck..


“Mworago!? Ahn Songsaengnim?? Kyaaaa…..” tak lama setelah terbangun, ia langsung melompat dari atas tempat tidur. Secepat kilat berlari masuk kedalam kamar mandi. 



Aku yang melihat bagaimana reaksinya pagi ini hanya bisa tertawa pasrah.

Tak berapa lama setelah itu, ia melangkah keluar.



“Chorong-ah,, Tolong pinjami aku sepasang bajumu eoh?”



“Ambil saja di lemari pakaianku Bomi-ya”.



“Ye,, Gomawo”. Setelah mengambil pakaian dari dalam lemari, ia lantas masuk kedalam kamar mandi lagi. Berganti pakaian disana.



Ckckckck….Sahabatku terlihat tergesa-gesa sekali. Sejujurnya, Ia memang sangat takut jika Ahn Songsaengnim yang mengajar dikelas. 


“Songsaengnim itu menyebalkan sekali” sungutnya kesal setelah keluar dari dalam kamar mandi.


“Aku rasa tidak begitu…..Ia melakukannya karena ingin anak didiknya sukses Bomi-ya..Kkeke” sahutku, terkekeh geli.



Pagi ini aku dan Bomi berangkat bersama menuju universitas. Setibanya disana, aku melihat Luhan yang sedang duduk disebuah kursi panjang di area depan universitas. Aku dan Bomi datang mengampirinya.

“Lu….” Sapaku. Bomi hanya berdiri disampingku tanpa mengucapkan sepatah kata pun.


“Ye….Kau sudah datang chagi” balasnya seraya tersenyum lebar. Wajah tampannya terlihat bersinar saat terpapar cerahnya sinar matahari seperti saat ini. 


“Nde, mengapa kau menungguku disini Lu??”


“Aku hanya ingin memberimu sesuatu….” Tangannya mengambil sebuah kotak hijau dari dalam sakunya. Perlahan ia berdiri dihadapanku. Membuka kotak hijau itu dengan perlahan. “Ini untukmu” ujarnya singkat.


“Lu….tap….”


“Sudahlah,,Aku pakaikan ya” tawarnya lembut. 


Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku. Bibirku sungguh terkatup rapat. Membisu. Aku rasa hatiku sudah seperti ladang bunga saat ini. Aku juga terlalu malu untuk berbicara mengingat Bomi masih berdiri ditempat awalnya, tepat disampingku.



Luhan mendekatkan tubuhnya. Aroma tubuhnya menyeruak masuk kedalam indera penciumanku. “Sungguh manis” batinku. Tangannnya mulai memasangkan benda yang diperlihatkannya tadi.



“Cocok sekali untukmu…..Kalung ini jangan sampai hilang ya. Ini akan memudahkanku untuk melacak keberadaanmu..Aracchi!?” ujarnya bersungguh-sungguh.


“Seperti aku akan hilang saja Lu….humm,,tapi....gomawo untuk semua perhatianmu ini”. 


“Tentu saja aku harus memberimu benda itu, aku tidak mau jika kau sampai tersesat di hutan”. Mata Luhan menyorotkan ketulusan, kedua tangannya kini menyentuh pipiku pelan.



“Aiisshh,, Sepertinya aku sedang menonton sebuah drama pagi ini” celoteh Bomi, ia menyunggingkan senyum manisnya.


“Hehe….Mian Bomi-ya….aku tak bermaksud seperti itu” sambarku cepat.. “ Humm,, Lu…. Aku harus pergi dulu….Kau, tak apa kan jika kutinggal sendiri??” lanjutku.



“Nde Chagi-ya….Gwenchanayo….Oo iya,, Jangan sampai kau lepas ya kalungnya”. Ingatnya sekali lagi.



“Ye. Siap Lu” ujarku seraya membuat gerakan hormat.



“Yaa….Segeralah kau berangkat…Sana..Sana..haha” usirnya lucu.



Aku dan Bomi segera beranjak menuju kelas. Kami berdua berjalan beriringan melewati korodor-koridor yang masih ramai dengan ocehan para haksaeng.

Disaat hampir tiba dipintu ruang kelas, kami melihat Ahn songsaengnim berjalan dari arah yang berlawanan, membuat Aku dan Bomi harus mempercepat langkah.



“Fiiuuhh….Akhirnya kita tak terlambat Chorong-ah” ujar Bomi, napasnya sedikit tersengal.


“Nee Bomi-yaa…..”


“Kalau saja dramamu dan Luhan masih tetap berlanjut, bisa dipastikan kita tak akan bisa masuk kelas hingga minggu depan Chorong-ah….”.


“Kkeke,,Nde,,Mian,,Bomi-ya……Mianhae” aku terkekeh pelan.



Jam pelajaran dimulai, semua pasang mata tertuju pada Ahn songsaengnim, mereka tak mau mengambil resiko jika dihadapkan dengannya. Sebenarnya Ahn songsaengnim adalah paman Bomi, akan tetapi ia sangat disiplin dalam mengajar. Ia tak akan segan untuk menghukum siapa saja yang berbuat onar di jam pelajarannya, termasuk keponakannya sendiri.

-

-

-

-



Jam pulang telah tiba, Chorong menunggu seseorang. Bukan Luhan, tapi Sunggyu-kakaknya-. Ia meminta kakak tersayangnya itu untuk menemaninya membeli perlengkapan baru untuk keperluannya saat acara penjelajahan nanti.



Orang yang dinanti kedatangannya sejak 15 menit yang lalu itu telah menunjukkan batang hidungnya. Ia berjalan dari arah fakultasnya. Fakultas Sejarah.


“Yak Oppa…..Lama sekali kau datang eo??” 


“Eitssss….Apa kau tak tau jika Oppamu ini banyak kerjaan eoh??” tangan Sunggyu mencubit pelan hidung adiknya.


“Yak Oppa….Appo” rutukku sebal.


“Hhaha,,Mian,,ayo kita pergi….Kkaja…”


“Nde Oppa,,Kkaja….”

 



:: Author POV ::





“Nde Oppa,,Kkaja….” Sahut gadis itu riang.



Kedua kakak-beradik itu pun berlalu meninggalkan area universitas. Menaiki mobil matic kepunyaan Sunggyu. Jalanan yang mereka lalui terbilang agak sepi, cukup lengang. Di sepanjang perjalanan keduanya saling bercerita ria. Sunggyu sontak mengingat sesuatu. Ada hal yang belum ia tanyakan pada adiknya. 


“Chorong-ah…”.


“Nde Oppa??”.


“Hutan mana lagi yang akan kau jelajahi eo??”


“Hutan Majikku Oppa”.


“Mwoo?? Hutan Majikku!?”.



Tiba-tiba Sunggyu mengeremkan mobilnya dengan mendadak, membuat tubuh keduanya sedikit terpental kedepan. Manik mata Sunggyu menyiratkan suatu kekhawatiran yang mendalam. Ia menatap lekat adik perempuannya itu.



“Chorong-ah…. Jeball…. Jangan pergi ke tempat itu….”.






To Be Continue






Hai..hai readers,,mian kalau ff yang aku buat nampak nggak jelas atau apalah sejenisnya. Aku baru saja berkreasi membuat ff..Jadii,,mohon dimaklumi yaa,,Gomawo sudah mampir diblogku.. ^_^




Sincerelly




~R_Hyesoo~



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar